Jumat, 14 Juni 2013

Just In Time

BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah studi Akuntansi Manajemen, selain itu penulis juga ingin dapat lebih mempelajari definisi serta aspek penting dalam Sistem Produksi Just In Time dan juga memahami penerapan Sistem Produksi Just In Time dalam perusahaan.



Suatu perusahaan akan menjadi unggul dari para pesaingnya apabila memperhatikan faktor-faktor penentu diantaranya waktu, mutu, biaya, dan sumber daya manusia. Salah satu faktor penentu, yaitu waktu menjadi faktor penting yang mempengaruhi keunggulan daya saing, perusahaan yang ingin unggul dari faktor waktu maka harus dapat melayani permintaan konsumennya tepat waktu, mengurangi waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah, mengefisienkan waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep - konsep JIT. JIT dapat dikembangkan dan diterapkan pada semua aktivitas perusahaan dalam rangkaian penciptaan nilai yaitu dengan cara desain dan pengembangan, pengadaan, pemanufakturan, pemasaran, distribusi, dan pelayanan konsumen. Namun, dalam praktiknya, JIT banyak diterapkan untuk pengadaan (pembelian) dan pemanufakturan.



Strategi ini harus fleksibel, waktu pakai produknya singkat, serta mampu memperkecil waktu produksi (manufacturing lead time) dan distribusi (ordering lead time). Oleh karena itulah saat ini banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang manufacture dan assembling menggunakan sistem Just In Time. Just In Time memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dari system tradisional serta bagaimana cara kerja Just In Time dan penerapannya dalam produksi yang dilakukan perusahaan.



II.2 Tujuan Penulisan



Tujuan dari penulisan makalah ini, untuk dapat memahami bagaimana cara kerja sistem produksi Just In Time, cara menerapkan sistem Just In Time untuk produksi serta tujuan yang utama yang ingin dicapai dari sistem produksi Just In Time, manfaat Just In Time, penerapan Just In Time dalam produksi dan pembelian.




BAB II
PEMBAHASAN



II.1 Just In Time


Bagi sebagian orang masih merasa asing dengan istilah Just In Time ( JIT ). Just In Time (JIT) adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu.Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksi hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan/diminta konsumen dan pada saat dibutuhkan sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang.



Terdapat banyak definisi dan deskripsi dari JIT, diantaranya :
JIT adalah suatu sistem produksi yang melakukan perbaikan secara terus menerus berdasarkan pada penghapusan segala bentuk waste (The Technology Transfer Council of Australia, 1987).

JIT adalah suatu sistem produksi yang bertujuan untuk meminimalkan biaya produksi dengan membuat dan mendistribusikan barang dalam jenis, kuantitas, waktu dan tempat yang tepat dengan menggunakan fasilitas, peralatan, dan sumber daya manusia seminimum mungkin (NSW Science and Technology Council, 1985).

JIT adalah suatu sistem produksi yang merubah kompleksitas manajemen manufaktur dengan kesederhanaan (Schonberger, 1984).

JIT adalah suatu filosofi manufaktur yang berusaha untuk memproduksi suatu produk dalam jangka waktu sesingkat mungkin dengan menghasilkan kesalahan seminimum mungkin (Hall, 1987). 



Latar Belakang Timbulnya JIT



Sistem Just In Time berkembang di negara Jepang karena adanya keprihatinan industri-industri di Jepang. Pada saat itu Jepang merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang terbatas, ketergantungan pada energi dan bahan baku import, dan keadaan geografisnya yang kurang menguntungkan (80% bagian negara terdiri dari pegunungan). Hal ini menjadikan para produsen Jepang mempunyai posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan pesaing-pesaing dari negara-negara barat. Oleh karena itu, Jepang melakukan berbagai macam usaha untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dengan biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan negara lain sehingga produk Jepang menjadi sangat kompetitif dengan produk lain di dunia internasional.


Jepang mengembangkan suatu inovasi terhadap pemborosan dalam hal bahan baku, tempat, tenaga kerja, waktu serta biaya. Harga tanah yang mahal akibat lahan yang sempit tidak memungkinkan untuk membangun tempat penyimpanan persediaan sehingga mendorong perusahaan untuk merancang tata letak pabrik dan arus bahan menjadi seefektif mungkin. Dari keterbatasan inilah Just In Time berkembang. Pendekatan Just In Timedikembangkan oleh Mr. Taiichi Ohno (mantan wakil presiden Toyota Motor Company di Jepang) bersama rekannya di pertengahan 1970. PengembanganJust In Time di Jepang adalah untuk menghindari atau mengeliminasi pemborosan, menghindari produk-produk rusak atau cacat dengan menghasilkan produk yang bermutu tinggi, mengeliminasi pengerjaan ulang dan penumpukan persediaan.



Keberhasilan Just In Time pada Toyota Motor Company menarik perhatian perusahaan lain di Jepang. Toyota telah memperoleh pengakuan dunia industri tentang keberhasilannya mengurangi inventory sampai pada tingkat minimum (orientasi zero inventory). Sejak saat penerapan sistem Just In Time terbukti manfaatnya semakin bertambah banyak perusahaan-perusahaan di Jepang yang ikut menerapkan sistem Just In Time. KonsepJust In Time ini kemudian meluas di luar Jepang yaitu Ford, Chrysler, General Motor, Hawlett Packard merupakan contoh perusahaan-perusahaan besar yang telah menerapkan sistem Just In Time. Tempat makan siap saji seperti McDonald’s telah belajar sistem manufaktur Just In Time seperti Toyota, dengan menerapkan sistem Just In Time baru yang disebut dengan “Made For You”. Dimana tujuan dari sistem Just In Time tersebut adalah melayani setiap konsumen dengan makanan yang sesegar mungkin dalam waktu 90 detik. Sampai saat ini, sistem Just In Time terus berkembang dan diterapkan bukan saja pada perusahaan-perusahaan manufaktur, tetapi juga dikembangkan oleh perusahaan kecil (Ristono, 2010).



II.2 Tujuan JIT


Tujuan Strategis JIT adalah untuk meningkatkan laba serta memperbaiki posisi bersaing perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta memperbaiki kerja pengiriman.


Tujuan Utama JIT

Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem ini adalah:

Zero Defect (tidak ada barang yang rusak).
Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up).
Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot).
Zero Handling (tidak ada penanganan).
Zero Queues (tidak ada antrian).
Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin).
Zero Lead Time (tidak ada lead time).



II.3 Manfaat JIT



JIT bukan hanya sekedar metode pengendalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem - sistem produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas. Manfaat JIT antara lain :
- Mengurangi ruangan gudang untuk penyimpanan barang.
- Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi
- Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan pada sumbernya.
- Penggunaan mesin dan fasilitas secara baik.
- Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok.
- Layout pabrik yang lebih baik.
- Pengendalian kualitas dalam proses.



II.4 Aspek Pokok JIT


Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus - menerus untuk merespon perubahan dengan meminimalisasi pemborosan. Terdapat empat aspek pokok dalam konsep Just In Time yaitu:
~ Menghilangkan semua aktifitas atau sumber- sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk atau jasa.
~ Komitmen terhadap kualitas prima.
~ Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi.
~ Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan visibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah.



II.5 PENERAPAN JIT



Just In Time diterapkan di bidang fungsional perusahaan, diantaranya adalah Just In Time Pembelian dan Just In Time Produksi.


JIT Pembelian

Pembelian JIT adalah sistem pembelian barang berdasarkan permintaan sehingga barang yang dibeli dapat diterima tepat waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi, dan berharga murah. JIT pembelian mengharuskan adanya sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan konsumen atau penggunaan produksi.

Di Jepang dan USA, sistem JIT pembelian telah lama dan banyak digunakan dalam praktik industri yang produknya cepat rusak misalnya dalam industri pembuatan makanan jajanan (basah), bunga segar, ikan segar. Namun sekarang, di negara tersebut JIT pembelian banyak diterapkan juga dalam berbagai bidang industri lainnya. 

JIT pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:
> Mengurangi jumlah pemasok.
> Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
> Memiliki konsumen dengan program pembelian yang mapan.
> Mengeliminasi atau mengurangi aktivitas dan biaya yang tidak bernilai tambah.
> Mengurangi waktu dan biaya untuk program pemeriksaan mutu.


Penerapan JIT pembelian mempengaruhi sistem penentuan biaya dengan cara-cara sebagai berikut:
  • Keterlacakan langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
  • Perubahan “cost pools” untuk mengumpulkan biaya.
  • Mengubah dasar pengalokasian biaya penanganan bahan (barang).
  • Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual.
  • Mengurangi biaya adminidtrasi system akuntansi


JIT Produksi

Produksi JIT adalah sistem produksi berdasar tarikan permintaan sehingga produk dapat diproduksi tepat waktu , tepat jumlah, bermutu tinggi dan berbiaya rendah. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
  • Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses.
  • Mengurangi atau meniadakan “lead time.”
  • Mengurangi atau menidakan “setup.”
  • Menyederhanakan pengolahan produk.

Perusahaan yang menggunakan JIT produksi menyatakan bahwa mereka secara signifikan dapat mengurangi aktivitas - aktivitas tidak bernilai tambah dan meningkatkan efisiensi secara besar - besaran.

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
  • Meningkatkan keterlacakan langsung sejumlah biaya.
  • Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak langsung.
  • Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual.
  • Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets.”

II. 6 Keunggulan dan Kelemahan Sistem JIT

Keunggulan dari metode ini adalah dapat mengurangi biaya tenaga kerja, persediaan, risiko kerusakan, dan peningkatan kualitas produk. Keunggulan tersebut seiring dengan adanya Total Quality Management dalam penerapan sistem JIT sehingga risiko kerusakan dapat ditekan dan kerugian akibat retur barang rusak oleh pelanggan dapat dikurangi karena Total Quality Management juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas dari produk. Selain itu, biaya tenaga kerja dapat ditekan karena jumlah persediaan diusahakan menjadi seminim mungkin sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan dalam mengawasi tidak perlu dalam jumlah yang banyak. Biaya penyimpanan juga dapat ditekan hingga seminimal mungkin akibat dari persediaan yang disimpan juga sedikit.
Kelemahan dari metode ini adalah sulit mencari pemasok, biaya pengiriman tinggi, kesulitan menghadapi perubahan permintaan, tuntutan sumber daya manusia yang multifungsi, dan perlengkapan teknologi yang membutuhkan biaya besar. Dalam JIT pemasok merupakan faktor penting dalam persediaan di mana selain berpengaruh terhadap penyediaan persediaan stok juga berpengaruh dalam harga dari persediaan yang akan dibeli.

BAB III
PENERAPAN JIT DALAM PERUSAHAAN

Penerapan Just In Time Pada PT Astra Honda Motor

PT Astra Honda Motor telah menggunakan JIT untuk operasi perusahaan sejak tahun 1980. Bayangkan jika perusahaan otomotif besar seperti PT AHM yang memiliki biaya produksi yang tinggi, daerah pemasaran yang luas, dan konsumen yang banyak, tidak dengan menggunakan Sistem JIT, maka akan terjadi banyak pemborosan. PT AHM dapat menerapkan Sistem JIT lebih maksimal karena dibantu dengan adanya perkembangan teknologi informasi disetiap jalur yang akan melakukan proses perencanaan, produksi, pemasaran, dan pengawasan. 

Sasaran implementasi JIT yang dilakukan PT AHM yaitu:

Persediaan

Sasaran utama dalam penerapan Sistem JIT adalah untuk meminimalisasi persediaan. Dengan adanya persediaan maka akan dibutuhkannya pengeluaran berupa biaya penyimpanan. PT. AHM telah berhasil untuk meminimalisasi persediaan yang dimiliki. Kelebihan produksi tidak akan terjadi karena produksi dilakukan berdasarkan permintaan dari pembeli atau pemasok bukan berdasarkan permintaan yang diantisipasi. Produksi yang dilakukan PT AHM berdasarkan informasi dari bagian pemasaran yang menggunakan Enterprise Resource Plannning (ERP) sehingga didapatkan data yang tepat mengenai berapa banyak produk yang akan diproduksi untuk periode selanjutnya dimana setiap hasil produksi langsung disalurkan ke pemasok sehingga meminimalisasi bahkan meniadakan jumlah hasil produksi yang tertahan di gudang persediaan barang jadi dan tentunya akan mengatasi pemborosan. Apabila terjadi kelebihan produksi maka tentunya kita akan mengeluarkan biaya penyimpanan dan biaya antisipasi jika barang tersebut ternyata tidak laku dijual kemudian mengalami kerusakan karena terlalu lama disimpan di gudang. Pesanan untuk pembelian suku cadang dilakukan dengan online sedangkan pemesanan sepeda motor dilakukan melalui faksmili/telepon. Ketika ada pesanan PT AHM akan memasok bahan baku dari vendor yang dilakukan tepat waktu,jadi ketika bahan baku sampai maka akan langsung diproses dan setelah jadi maka akan langsung dikirimkan ke main dealer. Hal ini terbukti sangat ampuh untuk mengurangi persediaan atau over produksi.

Waktu Siklus

PT AHM berhasil memangkas pemrosesan menjadi lebih efisien karena proses produksi dilakukan dalam satu lot. PT AHM memproduksi 1 unit motor dalam waktu 13 menit. Produksi dilakukan dengan mesin sehingga tenaga manusia dialihkan untuk mengawasi dan menganalisis jalannya produksi. Sistem JIT telah memangkas waktu tunggu dan membuat setiap aliran produk menjadi lebih efisien Waktu menunggu terjadi akibat pengaruh kecepatan produksi yang ditentukan misalnya oleh kuota produksi suatu mesin. Pada PT AHM produksi dilaksanakan dengan seefisien mungkin dan waktu menunggu bahkan tidak ada. Untuk memproduksi satu unit produk hanya membutuhkan waktu 13 menit. Hal ini bisa terjadi karena kemampuan teknologi yang dipakai PT AHM dalam proses produksi. Kemudian dapat disalurkan langsung ke main dealer sesuai dengan pesanan. Maka dengan dukungan teknologi dan sumber daya yang dimiliki maka tidak akan menimbulkan waktu menunnggu karena semua rangkaian produksi berdasarkan perhitungan yang tepat. Semakin tinggi kecepatan produksi suatu perusahaan maka semakin kecil pula waktu menunggu untuk suatu produk mengalami proses selanjutnya, begitupun sebaliknya.

Perbaikan yang berkesinambungan

PT. AHM bisa berkembang dengan pesat karena adanya perbaikan yang berkesinambungan. Kinerja operasional diukur di tiap-tiap bagian dengan mengaplikasikan Bussines Intelligent, software dari Cognos. Pengambilan keputusan atas laporan perkembangan yang berasal dari database akan lebih mudah karena telah terintegrasi dengan sistem yang dimiliki para pengambil keputusan. Pemantauan terjadinya barang cacat dan sejauh mana tahapan produksi yang telah dilalui oleh bahan baku akan lebih mudah terpantau karena setiap bahan baku telah terpasang Bar Code Text. Sistem komputerisasi yang dimiliki PT AHM akan dapat mendeteksi barang cacat sehingga akan segera dilakukan perbaikan terhadap penyebab terjadinya barang cacat dan barang cacat tersebut tidak akan melewati tahapan selanjutnya sehingga tidak ada barang cacat yang akan melewati tahapan selanjutnya. Adanya produk gagal atau barang cacat adalah salah satu bentuk pemborosan terbesar yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur.
Apabila barang cacat diketahui terlebih dahulu maka kerugian yang lebih besar dapat dihindari dengan menghentikan produksi dan menemukan penyebabnya serta mencari solusi yang tepat. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang sangat besar apabila barang cacat tersebut tidak terdeteksi selama produksi sehingga sampai ke tangan konsumen dan baru diketahui ketika ada keluhan. Mau tidak mau perusahaan harus menarik/mengganti produk tersebut sehingga dapat dibayangkan besarnya kerugian yang akan dialami, belum lagi citra produk kita di mata konsumen akan merosot dan akan menurunkan permintaan.

Penghapusan pemborosan

Penghapusan pemborosan dapat dilakukan karena PT AHM telah memenuhi kondisi sebagai berikut:
Produksi tidak menyisakan persediaan.
Waktu tunggu minimum, bahkan hampir tidak ada.
Minimalisasi biaya terhadap barang cacat.
Beban kerja yang seimbang dan merata.
Tidak ada interupsi karena kehabisan persediaan dan kualitas buruk.

Ternyata tidak selamanya JIT berdampak positif. Penerapan JIT pada perusahaan manufaktur juga akan menimbulkan dampak negatif apabila:
Pengiriman bahan baku terlambat sehingga terganggunya proses produksi
Kinerja manajer dianggap menurun apabila pengambil keputusan tertinggi masih berorientasi pada Total Quantity Manufacture.
Sistem TI sangat berpengaruh pada sistem keseluruhan produksi mengalami kerusakan atau di hack.

Setiap pengambilan keputusan atas perkembangan perusahaan akan memiliki dua dampak yang berbeda dan akan menimbulkan opportunity cost. Yang paling penting dalam penerapan JIT adalah penggunaan persediaan seefisien mungkin dan menghindari pemborosan.



BAB IV 
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari makalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Just In Time (JIT) adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu.
Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem ini adalah:
Zero Defect (tidak ada barang yang rusak).
Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up).
Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot).
Zero Handling (tidak ada penanganan).
Zero Queues (tidak ada antrian).
Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin).
Zero Lead Time (tidak ada lead time).

IV.2 Saran
Berdasarkan informasi yang kami peroleh mengenai sistem Just In Time diketahui bahwa sistem JIT ( Just In Time ) memiliki keunggulan dalam penghematan waktu dan biaya dalam memproduksi barang. Oleh karena itu Manajemen Perusahaan sebaiknya mengambil keputusan untuk menggunakan Sistem JIT ( Just In Time ) dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.